Kamis, 15 November 2012

Media Pembelajaran Bahasa Arab


MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh : Kasan As’ari, M.Pd.I

A.   PENDAHULUAN

1.   Latar belakang masalah
Mengapa belajar bahasa asing itu susah dan kadang menjenuhkan, bahkan bisa bikin frustasi ? menurut Umi Mahmudah dan Abdul Wahab  Rosyidi (2008:95) hal ini disebabkan, karena belajar bahasa asing  merupakan upaya untuk membangun situasi dan kondisi baru dalam diri seseorang untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan pemilik bahasa asing tersebut. Kondisi baru tersebut adakalanya berbeda sama sekali dengan kondisi bahasa ibu, baik dalam tataran sistem fonologi, morfologi, maupun sintaksisnya, dan adakalanya memiliki kemiripan dengan kondisi bahasa ibunya.
Apapun kondisinya mempelajari bahasa asing khususnya bahasa arab dimulai setelah seseorang memiliki tradisi berbahasa sendiri yang sudah mengakar dalam pikirannya, dan juga bahasa arab dianggap sebagai bahasa kelas tiga, yaitu setelah bahasa ibu dan bahasa indonesia, sehingga diperlukan pengondisiaan untuk siap menerima tradisi berbahasa yang baru. Oleh karena itulah berbagai kiat atau strategi perlu dilakukan terus menurus, ketika mempelajari bahasa asing, termasuk didalamnya bahasa arab. Hal ini disebabkan proses

Rabu, 07 November 2012

BERHAJI, BERANI MENELADANI SIFAT NABI


BERHAJI, BERANI MENELADANI SIFAT NABI
Oleh : Kasan As’ari, M.Pd.I *


O
rang yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke-5, ditengah masyarakat Indonesia biasanya akan menyandang predikat baru, yaitu “pak Haji” atau “bu Haji”. Predikat ini berarti mengandung tanggung jawab moral yang besar, karena predikat ini dikonotasikan kepada orang yang sudah faham dan mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Predikat haji juga dikonotasikan sebagai tokoh panutan di lingkungan masyarakat, baik dalam pergaulan dengan sesama maupun dengan sang Kholik (habluminaAllah, wa habluminannas). Karena dia dijadikan tokoh panutan (uswatun hasanah) bagi masyarakat, maka seorang haji harus bisa mengaplikasikan sifat-sifat ke-nabi-an dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat-sifat tersebut adalah, sidik, amanah, tabligh dan fathonah.

Selasa, 06 November 2012

Islam dan Barat : Akomodasi dan Konflik


ISLAM DAN BARAT : AKOMODASI DAN KONFLIK
(Oleh : Kasan As’ari)

A.  PENDAHULUAN
Hubungan Islam dengan Barat dalam sejarah panjangnya diwarnai dengan fenomena kerjasama dan konflik. Kerjasama Islam dan Barat paling tidak ditandai dengan proses modernisasi dunia Islam yang sedikit banyak telah merubah wajah tradisional Islam menjadi lebih adaptatif terhadap modernitas. Akan tetapi sejak abad ke-19, gema yang menonjol dalam relasi antara Islam dan Barat adalah konflik. Ketimbang memunculkan kemitraan, relasi Islam dan Barat menggambarkan dominasi-subordinasi.[1]
Pasang surut hubungan Islam dan Barat adalah fenomena sejarah yang perlu diletakkan dalam kerangka kajian kritis historis untuk mencari sebab-sebab pasang surut hubungan itu dan secepatnya dicari solusi yang tepat untuk membangun hubungan tanpa dominasi dan konflik di masa-masa mendatang. Barat selama ini dicurigai sebagai pihak yang telah memaksakan agenda-agenda “pem-Baratan” di dunia Islam dalam rangka mengukuhkan hegemoni globalnya. Dampak yang ditimbulkan dari hegemoni global Barat adalah semakin terpinggirkannya peran ekonomi, politik, sosial dan budaya Islam dalam panggung sejarah peradaban dunia.[2]

Kamis, 01 November 2012

Pola Pembelajaran



POLA PEMBELAJARAN
Oleh : Kasan As’ari

A.    PENDAHULUAN
Menurut  AECT (Association for Education Comunication dan Technolgy) 1977, teknologi pembelajaran merupakan sub-set teknologi pendidikan, berdasar atas pengertian bahwa pembelajaran merupakan sub-set pendidikan. Teknologi pembelajaran merupakan proses yang kompleks lagi terpadu, melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan mencari pemecahannya, implementasi, evaluasi dan mengelola pemecahan terhadap masalah-maslah tersebut, dimana proses belajar itu bertujuan dan terkontrol.
Menurut Rohmat (2010: 43) teknologi pembelajaran merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, sehingga tidak bisa melepaskan diri dari kaidah hukum mengenai terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik. Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berpikir, merasa, berbuat, menjadi kelakuan sehingga proses belajar mengajar yang ada diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. (Nasution: 2008, 9).
Agar tercapai tujuan pendidikan secara optimal maka pengembangan proses belajar mengajar harus mengikuti perkembangan zaman yang ada, disini peran pendidik dituntut untuk bisa memanfaatkan pengembangan sistem instruksional yang bulat dan lengkap, meliputi semua komponen-komponen yang dimaksud seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Proses analisis masalah  untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada melalui fungsi pengembangan dan pengelolaan proses belajar mengajar (AECT: 1977, 93-94).

Rabu, 31 Oktober 2012

UN dan Matinya Moralitas Pendidik


 
UN dan Matinya Moralitas Pendidik
Oleh : Kasan As’ari *

UN (Ujian Nasional) walaupun sudah berjalan selama 6 tahun dengan kriteria yang berbeda terus menuai kontraversi. Pembicaraan mengenai UN selalu aktual di media masa, terutama menjelang diselenggarakannya UN yaitu antara bulan April-Juni.  Para  pakar pendidikan baik yang mendukung UN maupun yang menolak UN dengan berbagai alasan dan data yang mendukung tampil di media sebagai bentuk perhatian mereka atas nasib pendidikan bangsa Indonesia. 
UN Sebagai salah satu bentuk alat ukur pendidikan (measurement) dan evaluasi pendidikan secara nasional sebenarnya tidak ada masalah, semua pakar pendidikan telah sepakat, bahwa keberhasilan pendidikan  itu harus di ukur dan di evaluasi. Menurut Purwanto (2010: 2-3) Tujuan  pengukuran (measurenment) adalah untuk mengetahui apakah proses pendidikan yang berjalan berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan atau tidak. Mengukur ini dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu yang diukur itu dengan alat ukurnya (dalam hal ini kriteria kelulusan). Sedangkan tujuan Evaluasi adalah untuk pertimbangan pengambilan keputusan setelah diadakannya proses pengukuran. Melalui evaluasi dapat diketahui dimana letak kelemahan dan letak kelebihan suatu proses, sehingga kedepan diharapkan ada perbaikan hasil yang dicapai.
Permasalahan UN timbul, ketika UN dijadikan sebagai salah satu syarat kelulusan dari satuan pendidikan, sedangkan pendidikan kita sudah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sehingga yang paling berhak menentukan seorang siswa sudah menuntaskan dan berhasil lulus dalam satuan pendidikan adalah satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam hal ini tentu pendidik yang bersangkutan, bukan pemerintah yang tidak pernah terlibat dalam kelas tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Akan tetapi pemerintah juga tidak mau kalah karena pemerintah juga memiliki standar kelulusan, karena pemerintah menginginkan pendidikan yang bermutu tentunya harus mengikuti kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah secara nasional.

membangun sekolah masyarakat (public school)


MEMBANGUN SEKOLAH MASYARAKAT (PUBLIC SCHOOL) MELALUI PENDIDIKAN LIFE SKILLS
(Kasan As’ari, M.Pd.I)

A.    Pendahuluan
Salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasa masyarakat adalah pendidikan, bahkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menganggap bahwa program pendidikan merupakan salah satu dinamisator dalam pengembangan masyarakat kedepan. Masyarakat industri  masa depan memberi peluang yang besar bagi pengembangan manusia, namun juga dapat menjadi “pembunuh” pengembangan manusia apabila masyarakat tidak dipersiapkan secara matang melalui program pendidikan. (H.A.R Tilaar, 2008:77)
Masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan berharap besar pada peran sekolah di dalam menciptakan tatanan masyarakat yang maju, sejahtera lahir dan batin. Sayangnya, harapan besar masyarakat tersebut belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari data yang dimuat oleh  BPS (Badan Pusat Statistik), dimana ada 9 juta penduduk Indonesia masuk dalam kategori pengangguran terdidik.

Minggu, 28 Oktober 2012

PAI yang berintegrasi dengan Pendidikan Karakter


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH YANG BERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
SUDAH DIMUAT DI RINDANG EDISI BULAN September 2012

Kasan As’ari*
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh beberapa pertanyaan teman-teman guru PAI (penulisan juga sebagai guru PAI SMP), apa itu pendidikan karakter ? mengapa harus ada pendidikan karakter ? bagaimana nanti nasib pendidikan agama, apakah pendidikan karakter tidak akan menyerobot wilayah garapan guru agama ?. Sampai ada beberapa  teman yang menanyakan apakah saya memiliki RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang berbasis karakter ?
Berbagai pertanyaan tersebut mengindikasikan, bahwa masih banyak guru yang belum memahami pendidikan karakter, bahkan ketika penulis sedang diklat peningkatan kompetensi guru PAI di Bandungan, kebanyakan guru masih berburu RPP yang berintegrasi dengan pendidikan karakter sebagai bahan rujukan dalam pembuatan RPP diinstitusinya.