BERHAJI,
BERANI MENELADANI SIFAT NABI
Oleh : Kasan As’ari, M.Pd.I *
O
|
rang yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke-5, ditengah masyarakat
Indonesia biasanya akan menyandang predikat baru, yaitu “pak Haji” atau “bu
Haji”. Predikat ini berarti mengandung tanggung jawab moral yang besar, karena
predikat ini dikonotasikan kepada orang yang sudah faham dan mengamalkan ajaran
islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Predikat haji juga
dikonotasikan sebagai tokoh panutan di lingkungan masyarakat, baik dalam
pergaulan dengan sesama maupun dengan sang Kholik (habluminaAllah, wa
habluminannas). Karena dia dijadikan tokoh panutan (uswatun hasanah)
bagi masyarakat, maka seorang haji harus bisa mengaplikasikan sifat-sifat
ke-nabi-an dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sifat-sifat tersebut adalah, sidik, amanah, tabligh dan fathonah.
Sidik berarti jujur atau benar, apabila nabi memiliki sifat Jujur dan benar, maka semua orang islam (apalagi sudah berhaji) harus mengembangkan dan mempraktekan sikap jujur ini dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan berbangsa. Sikap jujur adalah berani mengatakan, bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah, dia tidak pandang bulu dan tidak mengenal kelas sosial. Kejujuran adalah awal sebuah bangunan masyarakat yang penuh dengan tanggung jawab, berbudi pekerti luhur, damai dan sejahtera (baldatun thoyibatun warobun ghofur).
Amanah berarti dapat dipercaya, apabila nabi
sebagai pimpinan umat islam memiliki sifat dapat dipercaya, maka seorang
seorang muslim sejati terlebih sudah berhaji, harus mampu memegang amanah yang
diterima, baik amanah yang diberikan Allah maupun amanah yang diberikan oleh
sesama manusia. Memegang amanah dengan penuh tanggung jawab bisa menjadi sebuah
ladang ibadah yang mengantarkan kita ke surga, sebaliknya apabila kita tidak
bertanggung jawab, maka akan menjadi ladang dosa yang akan menjerumuskan kita
ke neraka.
Tabligh artinya adalah menyampaikan. Menyampaikan
kebenaran walaupun satu ayat adalah kewajiban kita sebagai umat nabi Muhammad (balighu
ani walau ayat). Menyampaikan kebenaran walaupun menyakitkan (qul haqqu
walau kana murro) dan menyampaikan aspirasi rakyat walaupun itu tidak
sesuai dengan kemauan pribadi kita. Banyak diantara kita tidak berani
menyampaikan kebenaran karena takut dicap pembangkang, pemberontak atau
penghianat, padahal kalau kita mau meneladani Nabi, beliau selalu dicap sebagai
pembangkang, pemberontak dan penghianat oleh kaum kafir quraisy, jadi mengapa
kita harus takut ?.
Dan
yang terakhir adalah sifat fathonah yang berarti cerdas. Kita sebagai umat Nabi
Muhammad harus cerdas. Cerdas dalam hal intelektual (IQ), cerdas dalam hal
emosional (EQ) dan cerdas dalam hal spiritual (SQ). Apabila ketiga kecerdasan
ini mampu dimiliki oleh setiap muslim terlebih yang sudah berhaji, maka umat
islam akan jaya (izzul islam wal muslimin). Cita-cita menjadi insan
kamil yang mendapat limpahan rahmat, taufik dan hidayah dari Allah pasti akan
terwujud. Seseorang yang sudah berhaji paling tidak harus memiliki kelebihan
dalam hal kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual karena inilah puncak
kecerdasan yang akan menentukan kesuksesan seseorang. Semoga Allah membukakan
pintu-pintu rahmat dan hidayah-Nya kepada para jama’ah haji kita yang baru
datang dari tanah suci Makkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar