POLA PEMBELAJARAN
Oleh : Kasan As’ari
A. PENDAHULUAN
Menurut AECT (Association for
Education Comunication dan Technolgy) 1977, teknologi pembelajaran merupakan
sub-set teknologi pendidikan, berdasar atas pengertian bahwa pembelajaran merupakan
sub-set pendidikan. Teknologi pembelajaran merupakan proses yang kompleks lagi
terpadu, melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganalisis masalah dan mencari pemecahannya, implementasi, evaluasi dan
mengelola pemecahan terhadap masalah-maslah tersebut, dimana proses belajar itu
bertujuan dan terkontrol.
Menurut Rohmat (2010: 43) teknologi pembelajaran merupakan suatu sarana
untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, sehingga tidak bisa
melepaskan diri dari kaidah hukum mengenai terjadinya perubahan tingkah laku
pada peserta didik. Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya
berpikir, merasa, berbuat, menjadi kelakuan sehingga proses belajar mengajar
yang ada diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. (Nasution: 2008, 9).
Agar tercapai tujuan pendidikan secara optimal maka pengembangan proses
belajar mengajar harus mengikuti perkembangan zaman yang ada, disini peran
pendidik dituntut untuk bisa memanfaatkan pengembangan sistem instruksional
yang bulat dan lengkap, meliputi semua komponen-komponen yang dimaksud seperti
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Proses analisis masalah untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang
ada melalui fungsi pengembangan dan pengelolaan proses belajar mengajar (AECT:
1977, 93-94).
Menurut Association for Education Comunication dan Technolgy (1977: 94-96) Agar tujuan pendidikan tercapai maka harus ditempuh dengan proses belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi pembelajaran dan memenuhi karakteristik sebagai berikut : 1). Belajar yang bertujuan dan terkontrol, 2). Terstruktur, 3). Desain, Pemilihan, dan Pemanfaatan, 4). Sistem instruksional/komponen sistem instruksional.
Selain itu menurut Rohmat (2010, 85) pola atau model mengajar juga sangat
menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran itu mencapai tujuan yang
diharapkan, oleh karenanya pola pembelajaran atau model pembelajaran harus
selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini akan berdampak kepada kualitas
hasil belajar dan akan mempermudah proses belajar mengajar itu sendiri.
Sebagaimana kita ketahui bersama pola pembelajaran konvensional yang
berorientasi pada guru (Teacher centered) telah bergeser kepada
pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student centered)karena pola
pembelajaran yang berpusat pada guru hanya akan menghasilkan guru-guru yang
pandai, akantetapi siswa yang tertinggal karena yang aktif belajar dan
bereksplorasi adalah gurunya sedangkan siswanya pasif sehingga perlu
dikembangkan pola pembelajaran yang lebih demokratis, dimana peserta didik
lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
lebih bermakna. (Rohmat: 2000, 19)
Berangkat dari situ maka makalah ini berusaha mengeksplorasi berbagai pola
pembelajaran dan dampaknya bagi pencapaian tujuan pembelajaran demi perbaikan
mutu pendidikan Indonesia dimasa yang akan datang.
B. PEMBAHASAN
Aplikasi pendekatan sistem dalam teknologi
pembelajaran memberikan pengaruh terhadap pola-pola pembelajaran. Adanya
berbagai komponen sistem pembelajaran dan kombinasi diantara komponen-komponen
sistem itu merupakan salah satu bentuk pengaruh tersebut. Demikian pula adanya
sistem pengembangan dan pengelolaan didalam proses belajar mengajar, misalnya
kegiatan menilai kebutuhan belajar, penyusunan katalog media, pengelolaan
fasilitas dan sumber belajar, serta kegiatan-kegiatan khusus lainnya merupakan
bukti dari pengaruh teknologi pembelajaran. Pengaruh yang bersifat mendasar
terletak pada pengembangan pola pembelajaran, pengambilan keputusan
pembelajaran, serta tumbuhnya berbagai bentuk lembaga pendidikan dan latihan.
(Nana Sudjana:2003,110)
Menurut Oemar Hamalik (2002, 59) beberapa pola
mengajar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pola Pembelajaran
sederhana
Pola ini
terdiri dari komponen-komponen sebagi berikut :
a. Tujuan Instruksional yang dirumuskan secara
khusus dan operasional
b. Perilaku dasar siswa (entry behavior) yang perlu dikenali sebelum pembelajaran
dimulai.
c. Prosedur instruksional yang meliputi penilaian
materi pelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan waktu yang disusun
berdasarkan tujuan instruksional
d. Penilaian untuk mengetahui keberhasilan siswa
atau tercapainya tujuan instruksional
e. Balikan, yaitu informasi yang diperoleh
melalui prosedur penilaian yang pada gilirannya memberikan umpan balik terhadap
tujuan instruksional, perilaku awal, dan prosedur instruksional.
Pola tradisonal ini apabila digambarkan dalam diagram menurut Rohmat (2010,
89) dan Nana Sudjana (2003,110) adalah sebagai berikut :
Menurut Fatah Syukur (2005,137) pada pola pembelajaran diatas komunikasi
yang terjalin adalah satu arah dengan guru sebagai pusatnya (Teacher
centered), dimana guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah dan peserta
didik mendengarkan dan mencatat (anak didik pasif), gurulah yang merencanakan,
mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Pola ini banyak kelemahannya diantaranya adalah : suasana kelas kaku, guru
cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan anak didik seperti majikan dan
bawahan, anak didik sudah faham apa belum tentang materi yang disampaikan guru
tidak bisa mengetahui dengan cepat.
2. Pola pembelajaran
formal step
Pola ini dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar
asosiasi. Menurut Oemar Hamalik (2002, 60) pola mengajar ini terdiri atas lima
langkah sebagai berikut :
a.
Persiapan (preparation) Pada langkah ini guru berusaha
mengungkapkan kembali bahan apersepsi. Tujuannya adalah untuk membangkitkan
kembali minat siswa terhadap pelajaran yang telah disajikan. Untuk itu guru
dapat mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban, atau mengajukan suatu
masalah yang meminta pemikiran dan pemechan oleh siswa.
b.
Penyajian (presentation). Pada langkah ini guru
menyampaikan bahan baru kepada kelas berupa bahan pokok, dilengkapidengan
contoh dan ilustrasi
c.
Asosiasi dan perbandingan (association and comparation).
Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran lainnya
maupun dengan hal-hal praktis di masyarakat. Juga diadakan perbandingan antar
berbagai materi yang dianggap penting oleh guru. Tujuan langkah ini adalah
untuk merencanakan bahan pelajaran baru.
d.
Kesimpulan (generalization). Guru bersama para siswa
mengambil kesimpulan berdasarkan bahan pelajaran yang baru saja disajikan.
Tujuan langkah ini adalah menentukan generalisasi konsep dan prinsip yang telah
disajikan.
e.
Penerapan (application). Pada langkah ini guru memberikan
tugas kepada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan. Tujuan langkah ini adalah
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang baru saja
disampaikan oleh guru.
Pola ini sudah terpengaruh oleh perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam sistem pembelajaran dimana proses pembelajaran
sudah menggunakan alat bantu berupa media walaupun pengajar masih merupakan
faktor yang utama dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sumber belajar
sudah mulai bervariasi yaitu berupa bahan pelajaran, perangkat keras, teknik
dan latar kegiatan belajar, Morris menyebut pola pembelajaran ini sebagai “pembelajaran
dengan media”. (Rohmat: 2010,89), (Nana Sudjana, 2003, 110).
Pola pembelajaran ini apabila digambarkan dalam sebuah
diagram akan nampak seperti ini ;
3. Pola pembelajaran
Morrison plan
Pola ini dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Urutan prosedur ini menurut
Oemar Hamalik (2002, 61) adalah sebagai berikut :
a. Eksplorasi. Pada langkah ini guru melakukan
penjajakan terhadap pengalaman-pengalaman siswa dan menghubungkannya dengan
unit
b. Presentasi. Pada langkah ini guru menyajikan
garis besar tentang unit yang akan dilaksanakan.
c. Asimilasi. Pada langkah pelaksanaan unit siswa
mempelajari masalah tersebut dan mempelajari bahan-bahan dari berbagai sumber
serta berusaha menguasainya hingga menjadi miliknya.
d. Organisasi. Anak diberi kesempatan untuk
mengungkapan, baik lisan maupun tulisan materi yang telah dikuasainya yang
disusun dalam satu kesatuan.
e. Resitasi, pada langkah ini diadakan penilaian.
Tujuannya untuk melengkapi bukti-bukti bahwa dia benar-benar telah memahami
unit tersebut.
Menurut Rohmat (2010, 90) Pola pembelajaran ini sudah memanfaatkan sistem
instruksional yang lengkap, dimana pengajar terlibat aktif dalam merancang,
menilai, menyeleksi, dan berperan aktif dalam fungsi pemanfaatan. Sebagian
besar proses pembelajaran diberikan melalui sistem instruksional yang telah
dirancang sebelumnya dan terdiri dari komponen sistem instruksional yang bukan
manusia (bahan, alat, teknik, latar dan pesan ).
Pola pembelajaran ini merupakan pengembangan dari pola sebelumnya yang
sudah membakukan masukan (input) kedalam sistem pembelajarn. Ternyata, disadari
bahwa masukan (input) saja belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal .
Oleh sebab itu dipandang perlu adanya standarisasi didalam proses belajar
mengajar dengan cara memprogram lebih baik proses tersebut. Timbul
kecenderungan sistem belajar mandiri didalam program yang terstruktur. Guru dan
ahli media saling berinteraksi dengan siswa berdasarkan satu tanggung jawab
bersama sebagaimana tampak pada diagram dibawah ini (Nana Sudjana: 2003, 111)
4. Pola pembelajaran
diajukan oleh (CRSC) The Commission on the Relation of School and College
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2002,61), bahwa pola mengajar ini
terdiri dari tiga langkah sebagi berikut :
a. Menyiapkan masalah, yakni mencari kriteria
untuk merumuskan masalah
b. Periode kerja, yakni tahap pelaksanaanpara
siswa bekerja.
c. Tahap kulminasi , yakni siswa melakukan
berbagai kegiatan seperti laporan individu dan kelompok, dramatisasi dan
penilaian
Pola pembelajaran ini sebenarnya diilhami dengan semakin meningkatnya
kebutuhan terhadap kegiatan pembelajaran, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, maka dirasakan terbatasnya tenaga pengajar, sedangkan menambah
tenaga pengajar baru yang berkualitas tidak mudah dalam waktu cepat, untuk itu
perlu dilaksanakan gantinya, yaitu dengan memperbanyak hasil karya yang bermutu
dalam bentuk media pembelajaran. Guru diberi tugas tambahan untuk merancang
bahan pelajaran secara sistematis dan terfokus dalam bentuk modul atau paket belajar. Dalam situasi
tertentu apabila siswa memiliki tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dan
pola pikir yang maju maka proses interaksi belajar bisa dilaksanakan kapan saja
tanpa harus bertatap muka secara langsung. Kehadiran guru bisa digantikan
dengan media yang diciptakannya. Media tersebut disebut guru-media.
(Nana Sudjana: 2003, 112).
Pola pembelajaran ini menurut Rohmat (2010, 91) apabila digambarkan dalam
diagram akan nampak sebagai berikut :
5. Pola pembelajaran
Unit
Pola pembelajaran unit menurut Oemar Hamalik (2002, 61)
pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang bertitik tolak dari suatu
masalah, topik atau proyek yang bertujuan membentuk pribadi siswa yang
terintegrasi secara harmonis, yang mampu menghadapi berbagai macam problem
sesuai dengan kemampuan individual, dan berorientasi pada kehidupan masyarakat
dan menuntut kearifan secara seimbang antara guru dan siswa dan dilaksanakan
secara terpadu, bertahap dan berkesinambungan.
Menurut Nana Sudjana (2003, 112) Pola ini sebenarnya
adalah kombinasi dari ke-empat pola diatas yang mungkin dilaksanakan dalam
suatu sistem pembelajaran sebagaimana terlihat dalam bagan berikut ;
Menurut Oemar Hamalik (2002, 61-62) ada beberap prinsip
dalam pembelajaran unit, yaitu dilandasi oleh teori belajar gestalt dan
field theory yang memandang seluruh
aspek kehidupan peserta didik secara utuh dan menyeluruh (holistic
integralistic)l dan tidak terpisah sendiri-sendiri baik lingkungan
intelektual, sosial, emosional, jasmani dan rohani. Guru, siswa dan masyarakat
bekerjasama memberikan pengalan langsung yang nyata serta melatih cara berpikir
dan memecahkan masalah secara kreatif, reflektif dan menyeluruh.
Pola pembelajaran unit terdiri dari :
a. Perencanaan umum, yakni unit sumber yang
selanjutnya dijabarkan menjadi perencanaan unit kerja (teaching unit)
b. Pelaksanaan unit yang meliputi tahap kegiatan
pokok, yakni :
1. Kegiatan pendahuluan
2. Kegiatan inti (pengembangan)
3. Kegiatan kulminasi
4. Kegiatan tindak lanjut
c. Kegiatan belajar mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan orientasi pelajaran
2. Kegiatan perencanaan guru-siswa
3. Kegiatan mencari dan menghimpun informasi dari
berbagai sumber
4. Kegiatan menggunakan informasi (praktik)
5. Kegiatan penilaian hasil belajar
6. Kegiatan pelaporan (termasuk juga kegiatan
pameran)
7. Kegiatan tindak lanjut
d. Evaluasi pembelajaran unit yang meliputi :
1. Evaluasi perencanaan unit
2. Evaluasi pelaksanaan unit
3. Evaluasi hasil belajar siswa.
Pola kombinasi ini berlangsung dalam lingkungan sekolah,
namun bila pola pembelajaran diartikan secara luas termasuk juga didalamnya
konteks pendidikan luar sekolah, maka menurut Nana Sudjana (2003, 112) peranan
guru dalam setiap pola adalah sebagai berikut :
1. Sumber belajar hanya orang saja, yaitu guru
sebagimana yang terjadi disekolah-sekolah tradisional. Dalam pola interaksi
edukatif ini guru kelas mendominasi kegiatan belajar-mengajar. Guru adalah
satu-satunya sumber belajar bagi siswa.
2. Kemudian sumber belajar berupa guru dibantu
oleh sumber lainnya, yaitu media pembelajaran. Dalam pola ini guru masih tetap
memegang peranan penting dalam mengontrol kegiatan pembelajaran namun tidak
mutlak karena sudah didukung oleh sumber belajar lain.
3. Guru bersama sumber belajar lainnya
bertanggung jawab didalam mengendalikan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
guru mengontrol disiplin dan minat belajar siswa, sedangkan sumber lainnya
mengontrol penyajian materi pelajaran
secara efektif dan efisien.
4. Sumber belajar saja tanpa kehadiran guru dalam
bentuk pembelajaran melalui media, misalnya dengan menggunakan modul,
e-learning dll.
5. Pola pembelajaran kelima merupakan kombinasi
dari keempat pola pembelajaran sebelumnya dalam bentuk sistem, sebagaimana
tampak pada bagan berikut ;
Menurut Nana Sudjana (2003, 113) secara operasional
penerapan pola pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagi berikut :
Pertama, adanya sarana fisik yang meng-antara-i penyajian materi
pengajaran
Kedua, kegiatan pembelajaran merupakan sistem dimana sarana
fisik merupakan komponen yang terpadu.
Ketiga, adanya serangkaian pilihan yang menghendaki perubahan
fisik tempat, dan cara belajar, hubungan siswa dan guru tidak langsung,
kegiatan belajar siswa bersifat mandiri, diperlukan tenaga pengembang pembelajaran,
ahli media dan produksi, adanya perubahan peran dan kecakapan guru, adanya
keluwesan waktu dan tempat belajar.
Menurut Fatah Syukur (2005,138) pola mengajar pada formal
step, morrison plan, CSRC, dan pembelajaran unit sudah menggunakan pola komunikasi
dua arah, dan sudah berpusat pada peserta didik (Student centered)
dimana peserta didik memperoleh pengetahuan didalam kelas dibawah bimbingan
guru atau dengan bantuan temannya sendiri, terjadilah proses saling bertukar
pikiran atau saling memberi informasi yang mematangkan si peserta didik. Pola
komunikasi ini terbagi menjadi tiga yaitu ;
a. Jalur dua arah Guru dan anak didik
Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan pendapat, keberatan
atau setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apapun yang
terjadi dalam proses belajar mengajar.
b. Jalur dua arah guru-anak didik dan anak
berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya
kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akantetapi juga kepada
teman-teman yang duduk di kanan-kirinya.
c. Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak
didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti, berdaya guna dan
lebih bermanfaat bagi masyarakat karena anak didik bisa menegemukakan
pendapatnya kepada guru, sesama teman, dan diberi kesempatan bertanya pada
masyarakat kemudian bertanya kembali kepada teman dan gurunya diruang kelas.
C. KESIMPULAN DAN
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola atau model
pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran itu
mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karenanya pola pembelajaran atau model
pembelajaran harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini akan
berdampak kepada kualitas hasil belajar dan akan mempermudah proses belajar
mengajar itu sendiri.
Telah terjadi pergeseran makna pola pembelajaran, yaitu dari pola
pembelajaran konvensional yang berorientasi pada guru (Teacher centered)
kepada pola pembelajaran yang
berorientasi pada siswa (Student centered) dimana pola pembelajarannya
lebih demokratis agar peserta didik lebih terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Pola pembelajaran yang dimaksud ada lima macam yaitu :
1. Pola pembelajaran Tradisional dimana Sumber
belajar hanya orang saja yaitu guru bagi siswa.
2. Pola pembelajaran formal step dimana sumber
belajar berupa guru dibantu oleh sumber lainnya, yaitu media pembelajaran.
3. Pola Pembelajaran Morrison Plan Guru bersama
sumber belajar lainnya bertanggung jawab didalam mengendalikan kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini guru mengontrol disiplin dan minat belajar siswa,
sedangkan sumber lainnya mengontrol
penyajian materi pelajaran secara efektif dan efisien.
4. Pola pembelajaran (CRSC) The Commission on the
Relation of School and College dimana sumber belajar saja tanpa kehadiran guru
dalam bentuk pembelajaran melalui media.
5. Pola pembelajaran unit yang merupakan
kombinasi dari keempat pola pembelajaran sebelumnya dalam bentuk sistem.
DAFTAR PUSTAKA
AECT, 1977. The Definition
of Educational Terminology,
Terjemah, Yusufhadi Miarso, dkk, ed. 1 cet-1. Washington D.C
Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, cet-3,
Bandung, Sinar Baru Algensindo
Miarso, Yusufhadi, 2007, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, cet-3,
Jakarta, Kencana
Mudhofir, 1996. Teknologi Instruksional, Cet-6, Bandung, Remaja
Rosda Karya
Nasution, 2008, Teknologi Pendidikan, cet-4, Jakarta, Bumi Aksara
Prawiradilaga, Dewi salma dan Eveline siregar, 2008. Mozaik Teknologi
Pendidikan, Jakarta, kencana
Rohmat, 2000. Teknologi Pembelajaran Suatu Pengantar, Surakarta,
STAIN Surakarta
_______, 2010. Terapan Teknologi Instruksional Dalam Proses
Pembelajaran, Yogyakarta, Logung Pustaka
Sudjana, nana dan Ahmad Rifai, 2003, Teknologi Pembelajaran, cet-4,
Bandung, Sinar Baru Algensindo
Syukur, Fatah, 2005, Teknologi Pendidikan, Semarang, Rasail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar