Minggu, 28 Oktober 2012

PAI yang berintegrasi dengan Pendidikan Karakter


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH YANG BERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
SUDAH DIMUAT DI RINDANG EDISI BULAN September 2012

Kasan As’ari*
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh beberapa pertanyaan teman-teman guru PAI (penulisan juga sebagai guru PAI SMP), apa itu pendidikan karakter ? mengapa harus ada pendidikan karakter ? bagaimana nanti nasib pendidikan agama, apakah pendidikan karakter tidak akan menyerobot wilayah garapan guru agama ?. Sampai ada beberapa  teman yang menanyakan apakah saya memiliki RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang berbasis karakter ?
Berbagai pertanyaan tersebut mengindikasikan, bahwa masih banyak guru yang belum memahami pendidikan karakter, bahkan ketika penulis sedang diklat peningkatan kompetensi guru PAI di Bandungan, kebanyakan guru masih berburu RPP yang berintegrasi dengan pendidikan karakter sebagai bahan rujukan dalam pembuatan RPP diinstitusinya.

Pendidikan Karakter
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1991:254) pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti “hal” atau “cara” mendidik yang berarti pula cara melakukan sesuatu, dalam hal ini mendidik. Menurut istilah pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Sedangkan dalam buku panduan pengembangan pendidikan, budaya dan karakter bangsa,  karakter didefinisikan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Jadi pendidikan karakter bisa diartikan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul dimasyarakat dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Dasar pendidkan karakter adalah UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dalam pasal 33 UU sisdiknas disebutkan “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Ada 18 nilai yang ingin dikembangkan dalam pendidikan karakter yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Latar belakang mengapa perlu adanya pendidikan karakter adalah realita kehidupan masyarakat sekarang, dimana masyarakat Indonesia banyak yang tercerabut dari karakter dan akar budayanya. Rakyat Indonesia yang dulu terkenal santun, suka menolong, suka bergotong royong dan ramah tamah telah berubah. Realitas di masyarakat dewasa ini menunjukan banyak terjadi tawuran antar pelajar dan kampung, mabuk-mabukan, pemerkosaan, pornografi, korupsi dan lain sebagainya yang menyimpang dari norma agama dan norma-norma yang ada dimasyarakat.
Berangkat dari hal tersebut diatas, pemerintah merasa perlu ikut campur untuk membenahi akhlak, budi pekerti dan budaya karakter masyarkat yang sudah menunjukan gejala kronis. Alternatif yang paling baik untuk mengatasi itu semua adalah pendidikan, karena pendidikan dianggap sebagai senjata yang ampuh dan bersifat preventif yang bisa diberikan kepada generasi muda sebagai tulang punggung pembangunan bangsa.
Mengapa pemerintah memilih pendidikan karakter sebagai alternative ? apakah hal ini berarti pendidikan agama yang selama ini mengurusi watak, perilaku dan budi pekerti dianggap gagal, sehingga pemerintah memilih alternative lain, bukan sebaliknya, mengefektifkan pendidikan agama yang sudah ada.
Sebenarnya masalah moral, budi pekerti, watak dan karakter bangsa adalah masalah besar, dan tidak bisa hanya dibebankan kepada guru agama saja. Kenyataan di lapangan, masalah moral, budi pekerti, watak, apalagi menyangkut sikap ketaatan siswa dalam menjalankan keyakinan agama hanya menjadi tanggung jawab guru agama. Hal ini sebenarnya kurang tepat, karena tujuan pendidikan nasional yang pertama dan utama adalah untuk mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan agama Islam  harus berbasis karakter
Pendidikan adalah sebagai pembawa perubahan (agent of change) yang dilakukan melalui pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) dan pemindahan nilai (transfer of value) kepada peserta didik. Sebagai transfer of knowledge, maka lebih dominan kepada ranah kognitif yang dicapai melalui pengajaran/pembelajaran, sedangkan sebagai transfer of value penekanannya dicapai melalui ranah afektif dan psiikomotor yang dicapai melalui pendidikan dengan metode bil hal (uswatun hasanah).
Metode bil hal (uswatun hasanah) sebenarnya telah dipraktekan beribu-ribu tahun yang lalu oleh para ulama salaf. Sebagai contoh pendidikan Islam di pondok pesantren , dengan kyai sebagai pendidiknya selalu menekankan pentingnya uswatun hasanah, sehingga figur kyai sebagai guru juga sebagai model bagi semua santri/murid-muridnya. Semua santri  akan bangga kalau bisa meniru akhlak, sikap, prilaku dan budi pekerti kyai-nya, baik ketika berhubungan dengan Tuhan maupun ketika berhubungan dengan masyarakat. Kyai juga selalu memberi contoh perilaku yang baik kepada semua santrinya. Apabila sang kyai menyuruh sholat tahajud, maka kyai sendiri juga tampil didepan memberi tauladan dalam melaksanakan sholat tahajud, sedangkan peran guru di sekolah dalam hal ini belum bisa karena dibatasi oleh beberapa faktor, diantaranya keterbatasan keilmuan, waktu dan tempat.
Walaupun guru di madrasah/sekolah memiliki keterbatasan, tetap harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi model idola atau uswatun  hasanah dalam sikap, perilaku dan budi pekerti, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan masyarakat (hablumminaAllah wahablumminannas). Begitu juga dengan guru mata pelajaran lain, karyawan dan TU harus menjadi uswatun hasanah dalam sikap, prilaku dan budi pekerti yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mencerminkan karakter budaya bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas sebenarnya guru agama tidak perlu takut akan kehilangan wilayah garapan, karena pendidikan karakter itu tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran akan tetapi menyatu (built up) dengan mata pelajaran lain yang diwujudkan dalam internalisasi nilai-nilai kebajikan kedalam sikap, watak dan prilaku semua elemen pendidikan sebagai uswatun hasanah.
Pendidikan karakter yang terintergrasi dalam silabus dan RPP
Bagaimana cara menyusun silabus dan RPP yang sesuai dengan permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dan terintegrasi dengan pendidikan karakter ? cara mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam silabus dan RPP sebenarnya tidak berbeda dengan silabus dan RPP yang biasa dibuat oleh guru, hanya saja disitu harus ditambahkan berbagai karakter positif yang harus ditampilkan oleh pendidik dan peserta didik, sehingga diharapkan nilai-nilai positif tadi dapat terinternalisasi ke dalam sikap, watak dan prilaku keseharian. Untuk silabus, karena itu bukan merupakan petunjuk operasional proses pembelajaran diruang kelas, maka hampir tidak ada perbedaan dengan silabus yang biasa  kita susun, akantetapi untuk RPP harus ditampilkan sikap karakter apa yang harus ditampilkan dalam tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. Untuk lebih jelasnya lihat contoh dibawah ini.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) 5.1

Sekolah
:
SMPN I LIMBANGAN    
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas      /Semester
:
VII/1
Standar Kompetensi
:
5. Memahami ketentuan – ketentuan  thaharah (bersuci)
Alokasi Waktu    
:
2  X  40 menit ( 1 pertemuan)

I.   Kompetensi Dasar
5.1. Menjelaskan ketentuan –ketentuan mandi wajib

II. Indikator
·         Menjelaskan pengertian mandi wajib
·         Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib.
·         Menjelaskan tata cara mandi wajib.
·         Mendemonstrasikan mandi wajib.

III. Tujuan Pembelajaran 
·         Siswa dapat menjelaskan pengertian mandi wajib dengan penuh percaya diri
·         Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib dengan Jujur
·         Siswa dapat menjelaskan  tata cara mandi wajib dengan percaya diri
·         Siswa mampu bekerjasma dengan baik dalam mendemonstrasikan mandi wajib.


IV. Materi Pembelajaran   
  • Pengertian mandi wajib
  • Hal-hal yang menyebabkan mandi wajib
  • Tata cara mandi wajib
  • Demonstrasi mandi wajib

V. Pendekatan dan Model Pembelajaran
  • Konstruksi
  • Inquiri
  • Masyarakat belajar
  • Refleksi

VI. Metode Pembelajaran 
  • Diskusi
  • Tanya jawab
  • Tutor sebaya
  • Demonstrasi

VII. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan
  • Berdoa (nilai yang ditanamkan religious)
  • Mengecek kehadiran siswa dengan menanyakan siapa yang tidak hadir (nilai yang ditanamkan disiplin)
  • Apersepsi : dengan menanyakan kepada siswa, siapa yang sudah pernah haid ? dan siapa yang sudah pernah mimpi basah ?
  • Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya thaharah terutama mandi wajib.
  • Guru memberitahu tujuan dari pembelajaran ini.
Kegiatan Inti
  • Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group) terdiri dari siswa yang satu jenis.Satu kelompok terdiri dari 3 atau 4 siswa untuk diskusi.
  • Tiap kelompok dengan kerja keras menelaah dan menggali lebih dalam mengenai mandi wajib.
  • Tiap kelompok dengan kerjasama membuat laporan tentang hasil diskusi kelopoknya.
  • Tiap kelompok dengan jujur  dan percaya diri mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.
  •  Tiap siswa dengan  kerjasama  berlatih mendemonstrasikan mandi wajib dengan metode tutor sebaya dalam kelompoknya.

Kegiatan Penutup
  • Guru bertanya kepada muridnya, apakah masih ada kesulitan didalam memahami materi tadi.
  • Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
  • Berdoa (nilai yang ditanamkan religious)

VIII. Sumber Belajar           
·        Buku PAI Kelas VII Penerbit Esis - Erlangga
·        Modul MGMP PAI  SMP
·        Mushaf Al-Quran

IX. Penilaian                     

Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
·      Menjelaskan pengertian mandi wajib
·      Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib.
·      Menjelaskan tata cara mandi wajib.
·      Mendemonstrasikan mandi wajib.

Tes Tulis






Tes unjuk kerja

Self assessment







Tes uraian






Uji petik kerja

Skala Likert

1.    Jelaskan pengertian mandi wajib !

2.    Sebutkan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib !

3.    Jelaskan tata cara urutan mandi wajib !

4.    Demonstrasikan cara mandi wajib yang benar dihadapan kelompokmu !

Setelah mengikuti pelajaran ini, seberapa baik kalian dalam beberapa hal berikut ini. Silanglah 1 untuk BELUM BAIK, 2 untuk CUKUP BAIK, 3 untuk BAIK,  4 untuk SANGAT BAIK sesuai dengan diri kalian.

1.    Bekerjasama dengan teman sekelas                                 
 1     2     3     4
2.    Jujur dan  percaya diri dalam mengemukakan pendapat                            
1     2     3     4
3.    Bekerja keras dalam  menelaah materi    
1     2     3     4
4.    Menghargai pendapat teman sekelas                          1     2     3     4

       
Lampiran
        RUBRIK PENILAIAN
        DEMONSTRASI MANDI WAJIB
No
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai/skor maksimal

Jumlah skor
Melakukan semua rukun
Melakukan sunah-suanahnya
Dilakukan dengan tertib
10
5
5
20



















Limbangan , Juli 2010
Mengetahui                                                                          Guru Mapel PAI
Kepala Sekolah



Esti Setyorini, S.Pd                                                              Kasan As'ari S.PdI
NIP. 131783759                                                 


*  Penulis adalah Guru PAI SMP 1 Limbangan Kab. Kendal (tulisan ini juga dikirim via e-mail)

Identitas Penulis
Nama                     : Kasan As’ari
Alamat                  : Gading Kidul RT 01/05 Desa Purwogondo Kec. Boja Kab. Kendal
Pekerjaan             : Guru PAI SMP 1 Limbangan
No. HP                   : 085225506554
Saat ini sedang menempuh S2 di STAIN Surakarta dengan beasiswa DITPAIS Kemenag RI

Tidak ada komentar: