Rabu, 07 November 2012

BERHAJI, BERANI MENELADANI SIFAT NABI


BERHAJI, BERANI MENELADANI SIFAT NABI
Oleh : Kasan As’ari, M.Pd.I *


O
rang yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke-5, ditengah masyarakat Indonesia biasanya akan menyandang predikat baru, yaitu “pak Haji” atau “bu Haji”. Predikat ini berarti mengandung tanggung jawab moral yang besar, karena predikat ini dikonotasikan kepada orang yang sudah faham dan mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Predikat haji juga dikonotasikan sebagai tokoh panutan di lingkungan masyarakat, baik dalam pergaulan dengan sesama maupun dengan sang Kholik (habluminaAllah, wa habluminannas). Karena dia dijadikan tokoh panutan (uswatun hasanah) bagi masyarakat, maka seorang haji harus bisa mengaplikasikan sifat-sifat ke-nabi-an dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat-sifat tersebut adalah, sidik, amanah, tabligh dan fathonah.

Sidik berarti jujur atau benar, apabila nabi memiliki sifat Jujur dan benar, maka semua orang islam (apalagi sudah berhaji) harus mengembangkan dan mempraktekan sikap jujur ini dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan berbangsa. Sikap jujur adalah berani mengatakan, bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah, dia tidak pandang bulu dan tidak mengenal kelas sosial. Kejujuran adalah awal sebuah bangunan masyarakat yang penuh dengan tanggung jawab, berbudi pekerti luhur, damai dan sejahtera (baldatun thoyibatun warobun ghofur).
Amanah berarti dapat dipercaya, apabila nabi sebagai pimpinan umat islam memiliki sifat dapat dipercaya, maka seorang seorang muslim sejati terlebih sudah berhaji, harus mampu memegang amanah yang diterima, baik amanah yang diberikan Allah maupun amanah yang diberikan oleh sesama manusia. Memegang amanah dengan penuh tanggung jawab bisa menjadi sebuah ladang ibadah yang mengantarkan kita ke surga, sebaliknya apabila kita tidak bertanggung jawab, maka akan menjadi ladang dosa yang akan menjerumuskan kita ke neraka.
Tabligh artinya adalah menyampaikan. Menyampaikan kebenaran walaupun satu ayat adalah kewajiban kita sebagai umat nabi Muhammad (balighu ani walau ayat). Menyampaikan kebenaran walaupun menyakitkan (qul haqqu walau kana murro) dan menyampaikan aspirasi rakyat walaupun itu tidak sesuai dengan kemauan pribadi kita. Banyak diantara kita tidak berani menyampaikan kebenaran karena takut dicap pembangkang, pemberontak atau penghianat, padahal kalau kita mau meneladani Nabi, beliau selalu dicap sebagai pembangkang, pemberontak dan penghianat oleh kaum kafir quraisy, jadi mengapa kita harus takut ?.
Dan yang terakhir adalah sifat fathonah yang berarti cerdas. Kita sebagai umat Nabi Muhammad harus cerdas. Cerdas dalam hal intelektual (IQ), cerdas dalam hal emosional (EQ) dan cerdas dalam hal spiritual (SQ). Apabila ketiga kecerdasan ini mampu dimiliki oleh setiap muslim terlebih yang sudah berhaji, maka umat islam akan jaya (izzul islam wal muslimin). Cita-cita menjadi insan kamil yang mendapat limpahan rahmat, taufik dan hidayah dari Allah pasti akan terwujud. Seseorang yang sudah berhaji paling tidak harus memiliki kelebihan dalam hal kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual karena inilah puncak kecerdasan yang akan menentukan kesuksesan seseorang. Semoga Allah membukakan pintu-pintu rahmat dan hidayah-Nya kepada para jama’ah haji kita yang baru datang dari tanah suci Makkah


* Guru PAI di Kemenag Kab. Kendal, DPK di SMP 1 Limbangan Kab. Kendal.

Tidak ada komentar: