Selasa, 06 November 2012

Islam dan Barat : Akomodasi dan Konflik


ISLAM DAN BARAT : AKOMODASI DAN KONFLIK
(Oleh : Kasan As’ari)

A.  PENDAHULUAN
Hubungan Islam dengan Barat dalam sejarah panjangnya diwarnai dengan fenomena kerjasama dan konflik. Kerjasama Islam dan Barat paling tidak ditandai dengan proses modernisasi dunia Islam yang sedikit banyak telah merubah wajah tradisional Islam menjadi lebih adaptatif terhadap modernitas. Akan tetapi sejak abad ke-19, gema yang menonjol dalam relasi antara Islam dan Barat adalah konflik. Ketimbang memunculkan kemitraan, relasi Islam dan Barat menggambarkan dominasi-subordinasi.[1]
Pasang surut hubungan Islam dan Barat adalah fenomena sejarah yang perlu diletakkan dalam kerangka kajian kritis historis untuk mencari sebab-sebab pasang surut hubungan itu dan secepatnya dicari solusi yang tepat untuk membangun hubungan tanpa dominasi dan konflik di masa-masa mendatang. Barat selama ini dicurigai sebagai pihak yang telah memaksakan agenda-agenda “pem-Baratan” di dunia Islam dalam rangka mengukuhkan hegemoni globalnya. Dampak yang ditimbulkan dari hegemoni global Barat adalah semakin terpinggirkannya peran ekonomi, politik, sosial dan budaya Islam dalam panggung sejarah peradaban dunia.[2]

Tidak hanya itu, Islam semakin tersudut dengan berbagai cap yang dilontarkan Barat terhadap Islam, mulai dari cap fundamentalis sampai teroris. Tentunya berbagai cap itu terselubung kepentingan tingkat tinggi (high interest) untuk membuat semakin terpojoknya Islam sehingga mudah untuk dijinakkan lagi demi kepentingan globalnya. Hal ini nampak jelas sekali setelah berakhirnya abad perang dingin yang kemudian disusul dengan peristiwa WTC 11 September 2001 yang merupakan simbol kekuasaan Amerika Serikat dalam bidang ekonomi (kapitalisme) dan Pertahanan (militer). Akibat peristiwa tersebut semakin meneguhkan prediksi dan analisa Huntington tentang benturan peradaban, yaitu antara Barat Versus Islam.
Dampak dari peristiwa tersebut nampak jelas sekali, ketika Amerika dan sekutunya dengan gencarnya men-kampanye-kan perang melawan terorisme yang dalam hal ini bidikannya adalah negara-negara yang notabene Islam (Afganistan dan Irak), bahkan ada prediksi kerusuhan dan revolusi di negara Islam belakang ini (Tunisia, Sudan dan Mesir) juga merupakan campur tangan Barat dalam usahanya menghancurkan negara-negara Islam, sehingga umat Islam yang selama ini tenang dan agak mereda pandangan negartifnya terhadap Barat atau mulai bersahabat dengan  Barat, teringat akan luka lama, yaitu kekejamaan dunia Barat yang telah menjajah ratusan tahun dan ingin menghancurkan peradaban Islam melalui ekspansi besar-besaran pada abad ke 13 sampai dengan abad ke 19.[3]
Islam dan Barat (Kristen dan Yahudi) sebenarnya adalah agama yang diharapkan bisa membawa tatanan dunia baru yang berkeadilan sosial dan sejahtera, tentunya apabila penganut agama ini menyadari sepenuhnya bahwa misi agama ini adalah untuk menyebarkan kasih sayang (rahmatan lil alamain) bagi seluruh makhluk yang ada dimuka bumi. Hal ini harus disadari sepenuhnya karena pada dasarnya ketiga agama ini memiliki banyak kesamaan yaitu[4] :
1.        Sama-sama ahli kitab
2.        Sama-sama agama monoteisme
3.        Sama-sama memepercayai adanya hari pembalasan atau akherat
4.        Sama-sama mengajarkan perbuatan penghormatan kepada orang lain dan orang tua.
Untuk mewujudkan kedamaian dan meminimalisir konflik antara Islam dan Barat perlua adanya dialog. Islam dan dunia Barat punya andil yang sama atas terjadinya benturan peradaban atau berhasilnya dialog. Untuk dialog, dibutuhkan keterbukaan dari masing-masing pihak menerima perbedaan. Sebab, tak ada hak bagi Barat memaksa Islam menerima sesuatu dari pengalaman Barat, begitu juga sebaliknya.  
Makalah ini berusaha mengeksplorasi dan menganalisis akar masalah konflik Islam dan Barat serta akomodasi yang telah dilakukan oleh umat Islam akan kemajuan yang terjadi di dunia Barat.

B.  Pandangan Barat terhadap Islam
Sebagian orang Barat menganggap bahwa mereka tidak mempunyai masalah dengan Islam, akantetapi mereka memiliki masalah dengan kelompok Islam yang ekstrimis, fundamentalis dan teroris. Selama empat ratus tahun , sejarah menunjukan hal yang sebaliknya . Hubungan antara Islam dengan kristen, baik ortodoks maupun Barat seringkali dipenuhi ketgangan. Keduanya berkukuh dengan prinsip masing-masing.[5]
Banyak orang Barat belum pernah menapakkan kaki di negeri Arab atau dunia Islam tetapi mereka mendapat kesan tentang Islam dan Muslim melalui media masa saja, atau melalui hubungan langsung dengan berbagai macam kelompok pendatang Muslim yang tinggal di negeri mereka. Sebagai contoh kelompok  pendatang Muslim Maroko di Belanda, pendatang Muslim Aljazair di Perancis, pendatang Muslim Pakistan dan India di Inggris, dan pendatang  Muslim Turki di Jerman. Atau mereka mendapatkan pengetahuan tentang Islam melalui kejadian-kejadian ekstrem seperti serangan teroris tanggal 11 September di Amerika Serikat, atau kejadian-kejadian di tempat lain. Pengalaman dan kesan dari kejadian-kejadian tersebut sering mengarah pada negatif dibanding positif. Dan sering kali bukanlah Islam yang dipahami, tetapi lebih pada perilaku Muslim yang dibiaskan sebagai gambaran Islam karena mereka bertindak “atas nama Islam” tetapi sesungguhnya mereka sama sekali tidak mewakili mayoritas Muslim.[6] 
Pandangan Islam di kalangan  masyarakat umum di Eropa, atau Barat pada umumnya, sekarang ini lebih sering dibentuk oleh peristiwa yang terjadi di dekat rumah atau tetangga,dibanding dengan perkembangan negara-negara Muslim yang nun jauh di sana. Di Eropa pandangan terhadap Muslim dan Islam pada masa lalu sangat dipengaruhi oleh pemikiran lekat yang disarikan dari konflik para penguasa Kristen dan Islam di abad pertengahan.[7]
Menurut Charles salah pengertian ini timbul karena kita (Barat) tidak bisa memahami bagaimana orang lain (Islam) melihat dunia, sejarahnya, dan peran kita masing-masing didalamnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelanggengan kesalahpahaman tersebut diantaranya :[8]
1.        Perang salib, di sekolah-sekolah Barat perang salib diajarkan sebagai sejarah yang penuh dengan perbuatan heroik dan kesatria dalam merebut Yerusalem dari muslim.
2.        Barat melihat Islam sebagai ancaman karena sejarah abad pertengahan, Islam adalah sebagai penjajah militer.
3.        Barat menganggap bahwa kelompok-kelompok Islam fundamental sebagai penghambat modernisasi yaitu sebagai sumber intoleransi, ekstrimisme, dan terorisme. Kelompok fundamental ini yang dianggap Barat sebagai penghalang modernitas dan cita-cita demokrasi, pluralisme dan penegakan hak azazi manusia.

C.  Pandangan Islam terhadap Barat
Kalau Barat memandang Islam tidak secara utuh, alias sepotong-sepotong dan suka mengeneralisir umat Islam sebagai kelompok yang kolot, intoleransi, ekstrimis dan pandangan stereotip negatif lainnya, padahal itu bukan mayoritas muslim melainkan hanya sekelompok saja, maka Islampun memandang Barat seperti sekeping mata uang, yang memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisi Barat dianggap peluang dengan modernitasnya yang menjanjikan kemajuan peradaban umat manusia, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya, akantetapi, disisi lainnya Barat juga tetap dianggap sebagai tantangan dan musuh, umat Islam tetap menaruh kecurigaan terhadap proyek-proyek Barat yang sering menerapkan standar ganda dalam politiknya.
Hal tersebut menurut Charles juga dilatar belakangi ketidak jujuran kita didalam membaca dan mengajarkan sejarah, sehingga kebencian terhadap suatu kaum atau bangsa itu terus berlangsung, karena disampaikan dengan cara yang salah diantaranya:[9]
1.      Kalau Barat menganggap perang salib adalah perang suci yang penuh dengan kisah-kisah para kesatria yang heroik, maka Islam justru menganggap bahwa perang salib itu adalah babak yang penuh dengan kekejaman dan perampasan yang biadab oleh para serdadu-serdadu dan tentara bayaran kaum kafir Barat.
2.      Bagi umat Islam tahun 1492 M, adalah tahun penuh bencana, karena pada tahun itu Granada jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella yang merupakan perpanjangan tangan dari Barat setelah 800 tahun dikuasai Islam.
3.      Pada abad ke 13 sampai dengan abad ke 19, bangsa-bangsa Barat adalah bangsa yang haus akan kekuasaan dan kekayaan, harta benda dan minyak. Merekalah sumber kekacauan dan kehancuran sebagian besar negara Islam.
4.      Umat Islam menganggap orang-orang Barat adalah orang kafir, yang dikutuk dan dilaknat oleh Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak beragama, karena agama mereka adalah uang dan minyak.



D.  Konflik antara Islam dan Barat
Jika memang konsepsi agama, paling tidak agama Islam, bukanlah alasan dan sebab utama yang memicu konflik antar umat  Islam dan Kristen  (serta umat beragama lain). Sejumlah kajian dan penelitian menjelaskan bahwa titik persoalan sebenarnya  terletak  pada  faktor    internal  dan  eksternal  umat.  Tidak  hanya  di negara-negara  yang penduduknya minoritas Muslim  (misalnya: Filipina), bahkan  di  negara  yang  mayoritas  penduduknya  Muslim  seperti  Indonesia  gerakan puritanisasi  dan  revitalisasi  Islam  harus  “berhadapan”  dengan  peradaban  global yang sekuler, kapitalistis, dan bersemangat hedonistis. Politik Islam negara-negara Barat  yang  berabad-abad  menekan  aspirasi  umat,  yang  kemudian  disusul  oleh upaya  pembangunan  di  masing-masing  negara  dengan  patron  mengikuti  Barat yang  pernah  menjajahnya  membuat  peran  umat  ini  (Muslim)  semakin  lama semakin  berkurang.  Marginalisasi  peran  politik,  ekonomi  dan  kebudayaan, menyebabkan kaum muslim mengalami disposisi dan disorientasi. 
Secara  internal,  kaum  muslim  masih  berkutat  dengan  kemiskinan, keterbelakangan dan ketertinggalan. Kondisi  ini diperparah oleh adanya penyakit “Islamofobia”  (takut  kepada  Islam)  yang  ironisnya,  tidak  hanya  pada  umat Kristen, tapi juga menjangkiti sebagian cendekiawan muslim. Menggunakan  istilah  Arnold  Toynbee,  boleh  jadi,  mereka  adalah  kelompok creative minorities yang bekerja keras untuk melahirkan satu peradaban baru dari reruntuhan peradaban kontemporer yang rapuh. Sehingga, seandainya pun  terjadi benturan  dan  konflik,  kebanyakan  pada  tataran  ideologis,  diantara  “mereka” dengan  rezim  yang  berkuasa  dan  kelompok-kelompok  penentangnya.  Konflik antar umat Islam dan Kristen sendiri, kebanyakan adalah  kompleksitas persoalan-persoalan  sosial,  ekonomi,  politik,  yang oleh  pihak-pihak  yang  tidak bertanggung jawab-dilegitimasi karena “perbedaan konsepsi keagamaan”.
Konflik antara umat beragama, dalam hal  ini  Islam dan Kristen, dalam berbagai kasus,  tidaklah  disebabkan  karena  perbedaan  konsepsi  diantara  dua  agama  besar  ini.  Itu  lebih merupakan  asumsi  yang  tendensius,  yang  disengaja  atau  tidak,  berupaya “mengaburkan”  peran  agama  dalam  membentuk  peradaban  baru  yang  lebih progressif.  Dia  lebih  menonjolkan  “wajah  muram”  agama-agama  di  tengah umatnya,  sehingga  agama  tidak  ubahnya  seperti  tembok  yang  memisahkan manusia  dengan  manusia    dari  kepercayaan  yang  berbeda,  sekaligus menumbuhsuburkan sikap kebencian dan permusuhan diantara pemeluk agama. [10]
Ada beberapa analisis tentang akar konflik antara Islam dengan Barat (Kristen) pada umumnya yaitu : [11]
1.      Pandangan awal orang Kristen mengenai Islam yang diturunkan dari konstruksi Al Kitab, diantaranya dalam surat Kejadian pasal 21 ayat 12 :
“Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sarah kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. (Kej. 21 : 12)
Mitos dan evangalisme misionaris menjadi cara utama bagi diskursus resmi gereja mengenai Islam.
2.      Islam dipandang sebagai penyimpangan atau bid’ah dari Kristen.
Yohanes, seorang teolog Kristen pertama yang serius memperhatikan Islam menulis bahwa Islam mempercayai Tuhan, tetapi menolak keb enaran pokok tertentu dalam Kristen, dan karena penolakan itu, maka kesluruhan doktrin agama itu menjadi tidak bermakna.
Polemik imni muncul pada masa awal Islam dan terus berlangsung hingga bersamaan denan makin meluasnya kekhalifahan Islam ke Suriah, Yerussalem dan Mesir di Timur, dan Afrika Utara, Spanyol serta Sicilia di Barat.
3.      Citra buruk Islam sepanjang perang salib dalam pandangan Barat sedikitnya ada 4 hal, yaitu :
a.       Muhammad sebagai anti-Kristus
b.      Islam adalah agama palsu dan pemutarbalikan kebenaran
c.       Islam adalah agama kekerasan
d.      Islam adalah agama pemuasan kenikmatan diri, terutama kepuasaan seksual.
4.      Politik standar ganda yang diterapkan Barat atas negara-negara Islam.[12]
5.      Dominasi media Barat yang tidak Netral[13]
E.  Akomodasi Islam dan Barat
Menurut Muhammad Abduh, ada dua hal yang harus ditonjolkan pada pemikiran Islam, yaitu:[14]
1.        Penegasan bahwa Islam adalah agama dan ideologi yang sebenarnya sudah menyediakan apapun kebutuhan dunia modern,
2.        Bahwa apapun yang baik dari dunia modern yang belum ada di dalam  Islam adalah tidak bertentangan dengan Islam.
Orang-orang Islam harus jujur mengakui bahwa, selain menentang kemajuan Barat, Islam juga berusaha meng-adopsi ide-ide serta teknik Barat. Dari sekian banyak adopsi ide-ide dan teknik Barat adalah nasionalisme, demokratisasi, Industrialisasi, militer, Pendidikan, sains dan teknologi.[15]
Ide Nasionalisme telah membawa perubahan besar pada negara-negara Islam, terutama pada negara Islam yang sedang di jajah oleh Barat seperti Mesir, Maroko, Sudan dll. Muhammad Abduh (1849-1905) adalah orang yang sangat berjasa dalam menggelorakan semangat nasionalisme arab yang kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya diantaranya,  Jamaludin Al AfGahani (1839-1897), Qasim Amin (w. 1908) dan Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935).
Nasionalisme Arab berangkat dari dasar yang luas-dengan tesis bahwa semua orang yang berbicara dengan bahasa arab adalah satu bangsa. Akibat semangat nasionalisme ini negara-negara arab mampu dan mau berjuang melawan kekuatan asing,  menentang feodalisme pribumi dan kesewenang-wenangan.[16]
Demokratisasi yang mengusung tema kesataraan hak dan kewajiban setiap warga negara telah membawa perubahan besar pada negara-negara Islam. Pada saat Barat belum sepenuhnya bisa melaksanakan demokrasi, negara-negara Islam telah mendahuluinya. Tampilnya Benazir Butho dan Gazhelda sebagai presiden perempuan didalam negara yang mayoritas penduduknya muslim adalah suatu lompatan besar didalam kehidupan berdemokrasi karena di Eropa dan Amerika Serikat belum pernah ada presiden wanita. Justru di dua negara yang giat menkampanyekan demokrasi ini, peta politik masih sangat bersifat patriakal.[17]
Dalam bidang Industrialisasi, pada tahun 1720, Celebi Mahmud diutus ke Paris sebagai Duta untuk mengunjungi pabrik-pabrik dan institusi-institusi lainnya di kota itu.  Mehmed menuangkan laporannya ke dalam sefaretname. Laporan tersebut kemudian menginspirasi pembaharuan kerajaan Utsmani. Di dunia non-militer, usaha pembaharuan dilakukan oleh Ibrahim Mutafarrika (1670-1754) dengan memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dan kemajuan Barat.[18]
Pada tahun (1807-1839) akomodasi sistem pendidikan Barat dilakukan oleh  Sultan Mahmud II dari Turki Usmani dengan mendirikan sekolah-sekolah model Barat dan mengirim siswa -siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern langsung dari sumbernya.[19]
Namun reaksi umat Islam dalam menghadapi dominasi peradaban dan budaya Barat bermacam-macam. Bila dipetakan sekurang-kurangnya ada empat jenis, diantaranya :[20]
1.      Pihak yang menceburkan diri langsung ke dunia Barat.
2.      Pihak yang menentang setiap bentuk kehidupan yang berbau Barat.
3.         Pihak yang mengadaptasi Islam dan Barat.
4.      Pihak yang berusaha melakukan pembaharuan atau reformasi pemikiran terhadap ajaran Islam.

F.   Kesimpulan dan Penutup
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Islam dan Barat telah mengalami pasang surut. Akan tetapi hubungan tersebut lebih sering mengalami ketegangan dan terjadi salah-faham dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
1.    Perang salib, di sekolah-sekolah Barat perang salib diajarkan sebagai sejarah yang penuh dengan perbuatan heroik dan kesatria dalam merebut Yerusalem dari muslim.
2.    Barat melihat Islam sebagai ancaman karena sejarah abad pertengahan, Islam adalah sebagai penjajah militer.
3.    Barat menganggap bahwa kelompok-kelompok Islam fundamental sebagai penghambat modernisasi yaitu sebagai sumber intoleransi, ekstrimisme, dan terorisme.
Sedangkan dari pihak Islam juga ada salah faham dalam memandang Barat dengan penuh kecurigaan, diantaranya :
1.      Islam menganggap bahwa perang salib itu adalah babak yang penuh dengan kekejaman dan perampasan yang biadab oleh para serdadu-serdadu dan tentara bayaran kaum kafir Barat.
2.      Bagi umat Islam tahun 1492 M, adalah tahun penuh bencana, karena pada tahun itu Granada jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella yang merupakan perpanjangan tangan dari Barat setelah 800 tahun dikuasai Islam.
3.      Pada abad ke 13 sampai dengan abad ke 19, bangsa-bangsa Barat adalah bangsa yang haus akan kekuasaan dan kekayaan, harta benda dan minyak. Merekalah sumber kekacauan dan kehancuran sebagian besar negara Islam.
4.      Umat Islam menganggap orang-orang Barat adalah orang kafir, yang dikutuk dan dilaknat oleh Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak beragama, karena agama mereka adalah uang dan minyak.
Ada beberapa analisis tentang akar konflik antara Islam dengan Barat (Kristen) pada umumnya yaitu : [21]
1.      Pandangan awal orang Kristen mengenai Islam yang diturunkan dari konstruksi Al Kitab, diantaranya dalam surat Kejadian pasal 21 ayat 12,
Mitos dan evangalisme misionaris menjadi cara utama bagi diskursus resmi gereja mengenai Islam.
2.      Islam dipandang sebagai penyimpangan atau bid’ah dari Kristen.
3.      Citra buruk Islam sepanjang perang salib dalam pandangan Barat sedikitnya ada 4 hal, yaitu :
e.       Muhammad sebagai anti-Kristus
f.       Islam adalah agama palsu dan pemutarbalikan kebenaran
g.      Islam adalah agama kekerasan
h.      Islam adalah agama pemuasan kenikmatan diri, terutama kepuasaan seksual.
4.      Politik standar ganda yang diterapkan Barat atas negara-negara Islam
5.      Dominasi media Barat yang tidak Netral
Bentuk akomodasi islam terhadap barat adalah nasionalisme, demokratisasi, Industrialisasi, militer, Pendidikan, sains dan teknologi.
Demikian makalah ini kami susun, demi perbaikan mutu pendidikan Indonesia, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (Editor). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve. 2002.
Ahmad, Akbar s., Rekonstruksi sejarah Islam, Ditengah Pluralitas Agama dan Peradaban, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002
Andito (editor), Atas Nama Agama, : Wacana Agama Dalam Dialog "Bebas" Konflik, Yogyakarta: Pustaka Hidayah, 1998.
Bellah, Robert N, Beyond Belief, Esei-esei tentang Agama di Dunia Modern, Menemukan kembali Agama,Jakarta: Paramadina, 2000
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan sejarah, Malang: UIN-Malang Press, 2008
 Hitti, Philip K., history of the Arab, From the Earliest Times time to the Present, Terjemah. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi.Jakarta: PT. Serambi Alam Semesta, 2010
http://uin-suska.ac.id/ushuluddin/attachments/074_KONFLIK%20ISLAM%20_ Tarpin,%20M.Ag_.pdf, di unduh pada hari Selasa, 8 Februari 2011, jam 12.30 WIB
http://www.d.shvoong.com/humanities/religion-studies/2098662-hegemoni-Barat-dan-respon-Islam/
Huntington, Samuel P., The Clash of Civilizations and Remaking of Word Order, Terj. M. Sadat Ismail .Yogyakarta: Qalam, 2000.
Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press, 2005
Lapidus, Ira M. Sejarah sosial Umat Islam, Bagian ke-3, Terj. Ghufron M. Mas’udi.Jakarta: Raja grafindo, 2000
Nugroho, Anjar dalam http://www.d.shvoong.com/humanities/religion-studies/2098662-hegemoni-Barat-dan-respon-Islam/
Sholeh, Khudori, Pemikiran Islam Kontemporer,Yogyakarta: Jendela, 2003


[1]Anjar Nugroho dalam http://www.d.shvoong.com/humanities/religion-studies/2098662-hegemoni-Barat-dan-respon-Islam/
[2] Pangeran Charles, Islam dan Barat, dalam Atas Nama Agama, : Wacana Agama Dalam Dialog "Bebas" Konflik, (Yogyakarta: Pustaka Hidayah, 1998) hlm. 181, menurut Charles, Barat seringkali terjebak menjadi sombong dan merancaukan pengertian modernitas, yaitu modernitas sebagai perubahan kearah seperti yang mereka inginkan yaitu sesuai atau mirip dengan Barat, dan hal ini sangat arogan karena tidak ada penghargaan terhadap norma dan tata nilai yang telah ada di Masyarakat muslim dan telah membudaya secara turun temurun.
[3] Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005) hlm.131-133
[4] Pangeran Charles, Islam dan Barat...hlm. 180
[5] Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and Remaking of Word Order, Terj. M. Sadat Ismail (Yogyakarta: Qalam, 2000) hlm. 390
[6]     Adian Husaini, Wajah Peradaban...hlm. 132
[7] Nicholaos Van dam dalam http://www.nikolaosvandam.com/ pdf/article/ 20091029nvdamarticle01id.pdf di Unduh pada hari Selasa, 08 Februari 2011, Jam 12.00 WIB, Bandingkan dengan pendapatnya Pangeran Charles, Islam dan Barat,....hlm. 180
[8] Pangeran Charles, Islam dan Barat...hlm..182-183
[9] Pangeran Charles, Islam dan Barat...hlm..182-183
[10] http://uin-suska.ac.id/ushuluddin/attachments/074_KONFLIK%20ISLAM%20_ Tarpin,%20M.Ag_.pdf, di unduh pada hari Selasa, 8 Februari 2011, jam 12.30 WIB
[11]  Taufik Abdullah (Editor). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.(Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve. 2002), hlm. 236-238
[12]  Adian Husaini, Wajah Peradaban..hlm.58
[13] Akbar s. Ahmad, Rekonstruksi sejarah Islam, Ditengah Pluralitas Agama dan Peradaban, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 343-359. Lihat juga pada, Khudori Sholeh, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela, 2003), hlm. 59-60
[14] Robert N Bellah, Beyond Belief, Esei-esei tentang Agama di Dunia Modern, Menemukan kembali Agama, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 225
[15] Philip K. Hitti, history of the Arab, From the Earliest Times time to the Present, Terjemah. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: PT. Serambi Alam Semesta, 2010), hlm. 965-967, Lihat juga Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan sejarah, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 241-242
[16] Phillip K. Hitti, History Of The Arabs...hlm.967-968
[17]  Pangeran Charles, Atas Nama Agama...hlm 183
[18] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban...hlm. 242
[19] Fadil SJ, Pasang surut Peradaban...hlm. 246, Lihat juga Ira M. Lapidus, Sejarah sosial Umat Islam, Bagian ke-3, Terj. Ghufron M. Mas’udi(Jakarta: Raja grafindo, 2000), hlm. 141-143
[20] Ibid...hlm. 250
[21]  Taufik Abdullah (Editor). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.(Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve. 2002), hlm. 236-238

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mohon izin mengambil materi.