Kamis, 01 November 2012

Pola Pembelajaran



POLA PEMBELAJARAN
Oleh : Kasan As’ari

A.    PENDAHULUAN
Menurut  AECT (Association for Education Comunication dan Technolgy) 1977, teknologi pembelajaran merupakan sub-set teknologi pendidikan, berdasar atas pengertian bahwa pembelajaran merupakan sub-set pendidikan. Teknologi pembelajaran merupakan proses yang kompleks lagi terpadu, melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan mencari pemecahannya, implementasi, evaluasi dan mengelola pemecahan terhadap masalah-maslah tersebut, dimana proses belajar itu bertujuan dan terkontrol.
Menurut Rohmat (2010: 43) teknologi pembelajaran merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, sehingga tidak bisa melepaskan diri dari kaidah hukum mengenai terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik. Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berpikir, merasa, berbuat, menjadi kelakuan sehingga proses belajar mengajar yang ada diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. (Nasution: 2008, 9).
Agar tercapai tujuan pendidikan secara optimal maka pengembangan proses belajar mengajar harus mengikuti perkembangan zaman yang ada, disini peran pendidik dituntut untuk bisa memanfaatkan pengembangan sistem instruksional yang bulat dan lengkap, meliputi semua komponen-komponen yang dimaksud seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Proses analisis masalah  untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada melalui fungsi pengembangan dan pengelolaan proses belajar mengajar (AECT: 1977, 93-94).

Menurut Association for Education Comunication dan Technolgy (1977: 94-96) Agar tujuan pendidikan tercapai maka harus ditempuh dengan proses belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi pembelajaran dan memenuhi karakteristik sebagai berikut : 1). Belajar yang bertujuan dan terkontrol, 2). Terstruktur, 3). Desain, Pemilihan, dan Pemanfaatan, 4). Sistem instruksional/komponen sistem instruksional.
Selain itu menurut Rohmat (2010, 85) pola atau model mengajar juga sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran itu mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karenanya pola pembelajaran atau model pembelajaran harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini akan berdampak kepada kualitas hasil belajar dan akan mempermudah proses belajar mengajar itu sendiri.
Sebagaimana kita ketahui bersama pola pembelajaran konvensional yang berorientasi pada guru (Teacher centered) telah bergeser kepada pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student centered)karena pola pembelajaran yang berpusat pada guru hanya akan menghasilkan guru-guru yang pandai, akantetapi siswa yang tertinggal karena yang aktif belajar dan bereksplorasi adalah gurunya sedangkan siswanya pasif sehingga perlu dikembangkan pola pembelajaran yang lebih demokratis, dimana peserta didik lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna. (Rohmat: 2000, 19)
Berangkat dari situ maka makalah ini berusaha mengeksplorasi berbagai pola pembelajaran dan dampaknya bagi pencapaian tujuan pembelajaran demi perbaikan mutu pendidikan Indonesia dimasa yang akan datang.

B.     PEMBAHASAN
Aplikasi pendekatan sistem dalam teknologi pembelajaran memberikan pengaruh terhadap pola-pola pembelajaran. Adanya berbagai komponen sistem pembelajaran dan kombinasi diantara komponen-komponen sistem itu merupakan salah satu bentuk pengaruh tersebut. Demikian pula adanya sistem pengembangan dan pengelolaan didalam proses belajar mengajar, misalnya kegiatan menilai kebutuhan belajar, penyusunan katalog media, pengelolaan fasilitas dan sumber belajar, serta kegiatan-kegiatan khusus lainnya merupakan bukti dari pengaruh teknologi pembelajaran. Pengaruh yang bersifat mendasar terletak pada pengembangan pola pembelajaran, pengambilan keputusan pembelajaran, serta tumbuhnya berbagai bentuk lembaga pendidikan dan latihan. (Nana Sudjana:2003,110)
Menurut Oemar Hamalik (2002, 59) beberapa pola mengajar dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Pola Pembelajaran sederhana
Pola ini terdiri dari komponen-komponen sebagi berikut :
a.       Tujuan Instruksional yang dirumuskan secara khusus dan operasional
b.      Perilaku dasar siswa (entry behavior)  yang perlu dikenali sebelum pembelajaran dimulai.
c.       Prosedur instruksional yang meliputi penilaian materi pelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan waktu yang disusun berdasarkan tujuan instruksional
d.      Penilaian untuk mengetahui keberhasilan siswa atau tercapainya tujuan instruksional
e.       Balikan, yaitu informasi yang diperoleh melalui prosedur penilaian yang pada gilirannya memberikan umpan balik terhadap tujuan instruksional, perilaku awal, dan prosedur instruksional.
Pola tradisonal ini apabila digambarkan dalam diagram menurut Rohmat (2010, 89) dan Nana Sudjana (2003,110) adalah sebagai berikut :


Menurut Fatah Syukur (2005,137) pada pola pembelajaran diatas komunikasi yang terjalin adalah satu arah dengan guru sebagai pusatnya (Teacher centered), dimana guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah dan peserta didik mendengarkan dan mencatat (anak didik pasif), gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Pola ini banyak kelemahannya diantaranya adalah : suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan anak didik seperti majikan dan bawahan, anak didik sudah faham apa belum tentang materi yang disampaikan guru tidak bisa mengetahui dengan cepat.
2.    Pola pembelajaran formal step
Pola ini dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar asosiasi. Menurut Oemar Hamalik (2002, 60) pola mengajar ini terdiri atas lima langkah sebagai berikut :
a.         Persiapan (preparation) Pada langkah ini guru berusaha mengungkapkan kembali bahan apersepsi. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kembali minat siswa terhadap pelajaran yang telah disajikan. Untuk itu guru dapat mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban, atau mengajukan suatu masalah yang meminta pemikiran dan pemechan oleh siswa.
b.         Penyajian (presentation). Pada langkah ini guru menyampaikan bahan baru kepada kelas berupa bahan pokok, dilengkapidengan contoh dan ilustrasi
c.         Asosiasi dan perbandingan (association and comparation). Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran lainnya maupun dengan hal-hal praktis di masyarakat. Juga diadakan perbandingan antar berbagai materi yang dianggap penting oleh guru. Tujuan langkah ini adalah untuk merencanakan bahan pelajaran baru.
d.        Kesimpulan (generalization). Guru bersama para siswa mengambil kesimpulan berdasarkan bahan pelajaran yang baru saja disajikan. Tujuan langkah ini adalah menentukan generalisasi konsep dan prinsip yang telah disajikan.
e.         Penerapan (application). Pada langkah ini guru memberikan tugas kepada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan. Tujuan langkah ini adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang baru saja disampaikan oleh guru. 
Pola ini sudah terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem pembelajaran dimana proses pembelajaran sudah menggunakan alat bantu berupa media walaupun pengajar masih merupakan faktor yang utama dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sumber belajar sudah mulai bervariasi yaitu berupa bahan pelajaran, perangkat keras, teknik dan latar kegiatan belajar, Morris menyebut pola pembelajaran ini sebagai “pembelajaran dengan media”. (Rohmat: 2010,89), (Nana Sudjana, 2003, 110).
Pola pembelajaran ini apabila digambarkan dalam sebuah diagram akan nampak seperti ini ;


3.    Pola pembelajaran Morrison plan
Pola ini dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Urutan prosedur ini menurut Oemar Hamalik (2002, 61) adalah sebagai berikut :
a.       Eksplorasi. Pada langkah ini guru melakukan penjajakan terhadap pengalaman-pengalaman siswa dan menghubungkannya dengan unit
b.      Presentasi. Pada langkah ini guru menyajikan garis besar tentang unit yang akan dilaksanakan.
c.       Asimilasi. Pada langkah pelaksanaan unit siswa mempelajari masalah tersebut dan mempelajari bahan-bahan dari berbagai sumber serta berusaha menguasainya hingga menjadi miliknya.
d.      Organisasi. Anak diberi kesempatan untuk mengungkapan, baik lisan maupun tulisan materi yang telah dikuasainya yang disusun dalam satu kesatuan.
e.       Resitasi, pada langkah ini diadakan penilaian. Tujuannya untuk melengkapi bukti-bukti bahwa dia benar-benar telah memahami unit tersebut.
Menurut Rohmat (2010, 90) Pola pembelajaran ini sudah memanfaatkan sistem instruksional yang lengkap, dimana pengajar terlibat aktif dalam merancang, menilai, menyeleksi, dan berperan aktif dalam fungsi pemanfaatan. Sebagian besar proses pembelajaran diberikan melalui sistem instruksional yang telah dirancang sebelumnya dan terdiri dari komponen sistem instruksional yang bukan manusia (bahan, alat, teknik, latar dan pesan ).
Pola pembelajaran ini merupakan pengembangan dari pola sebelumnya yang sudah membakukan masukan (input) kedalam sistem pembelajarn. Ternyata, disadari bahwa masukan (input) saja belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal . Oleh sebab itu dipandang perlu adanya standarisasi didalam proses belajar mengajar dengan cara memprogram lebih baik proses tersebut. Timbul kecenderungan sistem belajar mandiri didalam program yang terstruktur. Guru dan ahli media saling berinteraksi dengan siswa berdasarkan satu tanggung jawab bersama sebagaimana tampak pada diagram dibawah ini (Nana Sudjana: 2003, 111)
                 

4.    Pola pembelajaran diajukan oleh (CRSC) The Commission on the Relation of School and College
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2002,61), bahwa pola mengajar ini terdiri dari tiga langkah sebagi berikut :
a.       Menyiapkan masalah, yakni mencari kriteria untuk merumuskan masalah
b.      Periode kerja, yakni tahap pelaksanaanpara siswa bekerja.
c.       Tahap kulminasi , yakni siswa melakukan berbagai kegiatan seperti laporan individu dan kelompok, dramatisasi dan penilaian
Pola pembelajaran ini sebenarnya diilhami dengan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kegiatan pembelajaran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka dirasakan terbatasnya tenaga pengajar, sedangkan menambah tenaga pengajar baru yang berkualitas tidak mudah dalam waktu cepat, untuk itu perlu dilaksanakan gantinya, yaitu dengan memperbanyak hasil karya yang bermutu dalam bentuk media pembelajaran. Guru diberi tugas tambahan untuk merancang bahan pelajaran secara sistematis dan terfokus dalam bentuk  modul atau paket belajar. Dalam situasi tertentu apabila siswa memiliki tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dan pola pikir yang maju maka proses interaksi belajar bisa dilaksanakan kapan saja tanpa harus bertatap muka secara langsung. Kehadiran guru bisa digantikan dengan media yang diciptakannya. Media tersebut disebut guru-media. (Nana Sudjana: 2003, 112).
Pola pembelajaran ini menurut Rohmat (2010, 91) apabila digambarkan dalam diagram akan nampak sebagai berikut :




5.    Pola pembelajaran Unit
Pola pembelajaran unit menurut Oemar Hamalik (2002, 61) pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang bertitik tolak dari suatu masalah, topik atau proyek yang bertujuan membentuk pribadi siswa yang terintegrasi secara harmonis, yang mampu menghadapi berbagai macam problem sesuai dengan kemampuan individual, dan berorientasi pada kehidupan masyarakat dan menuntut kearifan secara seimbang antara guru dan siswa dan dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berkesinambungan.
Menurut Nana Sudjana (2003, 112) Pola ini sebenarnya adalah kombinasi dari ke-empat pola diatas yang mungkin dilaksanakan dalam suatu sistem pembelajaran sebagaimana terlihat dalam bagan berikut ;


Menurut Oemar Hamalik (2002, 61-62) ada beberap prinsip dalam pembelajaran unit, yaitu dilandasi oleh teori belajar gestalt dan field theory yang memandang  seluruh aspek kehidupan peserta didik secara utuh dan menyeluruh (holistic integralistic)l dan tidak terpisah sendiri-sendiri baik lingkungan intelektual, sosial, emosional, jasmani dan rohani. Guru, siswa dan masyarakat bekerjasama memberikan pengalan langsung yang nyata serta melatih cara berpikir dan memecahkan masalah secara kreatif, reflektif dan menyeluruh.
Pola pembelajaran unit terdiri dari :
a.       Perencanaan umum, yakni unit sumber yang selanjutnya dijabarkan menjadi perencanaan unit kerja (teaching unit)
b.      Pelaksanaan unit yang meliputi tahap kegiatan pokok, yakni :
1.      Kegiatan pendahuluan
2.      Kegiatan inti (pengembangan)
3.      Kegiatan kulminasi
4.      Kegiatan tindak lanjut
c.       Kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Kegiatan orientasi pelajaran
2.      Kegiatan perencanaan guru-siswa
3.      Kegiatan mencari dan menghimpun informasi dari berbagai sumber
4.      Kegiatan menggunakan informasi (praktik)
5.      Kegiatan penilaian hasil belajar
6.      Kegiatan pelaporan (termasuk juga kegiatan pameran)
7.      Kegiatan tindak lanjut
d.      Evaluasi pembelajaran unit yang meliputi :
1.      Evaluasi perencanaan unit
2.      Evaluasi pelaksanaan unit
3.      Evaluasi hasil belajar siswa.
Pola kombinasi ini berlangsung dalam lingkungan sekolah, namun bila pola pembelajaran diartikan secara luas termasuk juga didalamnya konteks pendidikan luar sekolah, maka menurut Nana Sudjana (2003, 112) peranan guru dalam setiap pola adalah sebagai berikut :
1.      Sumber belajar hanya orang saja, yaitu guru sebagimana yang terjadi disekolah-sekolah tradisional. Dalam pola interaksi edukatif ini guru kelas mendominasi kegiatan belajar-mengajar. Guru adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa.
2.      Kemudian sumber belajar berupa guru dibantu oleh sumber lainnya, yaitu media pembelajaran. Dalam pola ini guru masih tetap memegang peranan penting dalam mengontrol kegiatan pembelajaran namun tidak mutlak karena sudah didukung oleh sumber belajar lain.
3.      Guru bersama sumber belajar lainnya bertanggung jawab didalam mengendalikan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru mengontrol disiplin dan minat belajar siswa, sedangkan sumber lainnya mengontrol  penyajian materi pelajaran secara efektif dan efisien.
4.      Sumber belajar saja tanpa kehadiran guru dalam bentuk pembelajaran melalui media, misalnya dengan menggunakan modul, e-learning dll.
5.      Pola pembelajaran kelima merupakan kombinasi dari keempat pola pembelajaran sebelumnya dalam bentuk sistem, sebagaimana tampak pada bagan berikut ;

Menurut Nana Sudjana (2003, 113) secara operasional penerapan pola pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagi berikut :
Pertama, adanya sarana fisik yang meng-antara-i penyajian materi pengajaran
Kedua, kegiatan pembelajaran merupakan sistem dimana sarana fisik merupakan komponen yang terpadu.
Ketiga, adanya serangkaian pilihan yang menghendaki perubahan fisik tempat, dan cara belajar, hubungan siswa dan guru tidak langsung, kegiatan belajar siswa bersifat mandiri, diperlukan tenaga pengembang pembelajaran, ahli media dan produksi, adanya perubahan peran dan kecakapan guru, adanya keluwesan waktu dan tempat belajar.
Menurut Fatah Syukur (2005,138) pola mengajar pada formal step, morrison plan, CSRC, dan pembelajaran unit sudah menggunakan pola komunikasi dua arah, dan sudah berpusat pada peserta didik (Student centered) dimana peserta didik memperoleh pengetahuan didalam kelas dibawah bimbingan guru atau dengan bantuan temannya sendiri, terjadilah proses saling bertukar pikiran atau saling memberi informasi yang mematangkan si peserta didik. Pola komunikasi ini terbagi menjadi tiga yaitu ;
a.       Jalur dua arah Guru dan anak didik
Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan pendapat, keberatan atau setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apapun yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
b.      Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akantetapi juga kepada teman-teman yang duduk di kanan-kirinya.
c.       Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti, berdaya guna dan lebih bermanfaat bagi masyarakat karena anak didik bisa menegemukakan pendapatnya kepada guru, sesama teman, dan diberi kesempatan bertanya pada masyarakat kemudian bertanya kembali kepada teman dan gurunya diruang kelas.



C.    KESIMPULAN DAN PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola atau model pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran itu mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karenanya pola pembelajaran atau model pembelajaran harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini akan berdampak kepada kualitas hasil belajar dan akan mempermudah proses belajar mengajar itu sendiri.
Telah terjadi pergeseran makna pola pembelajaran, yaitu dari pola pembelajaran konvensional yang berorientasi pada guru (Teacher centered) kepada pola  pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student centered) dimana pola pembelajarannya lebih demokratis agar peserta didik lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Pola pembelajaran yang dimaksud ada lima macam yaitu :
1.    Pola pembelajaran Tradisional dimana Sumber belajar hanya orang saja yaitu guru bagi siswa.
2.    Pola pembelajaran formal step dimana sumber belajar berupa guru dibantu oleh sumber lainnya, yaitu media pembelajaran.
3.    Pola Pembelajaran Morrison Plan Guru bersama sumber belajar lainnya bertanggung jawab didalam mengendalikan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru mengontrol disiplin dan minat belajar siswa, sedangkan sumber lainnya mengontrol  penyajian materi pelajaran secara efektif dan efisien.
4.    Pola pembelajaran (CRSC) The Commission on the Relation of School and College dimana sumber belajar saja tanpa kehadiran guru dalam bentuk pembelajaran melalui media.
5.    Pola pembelajaran unit yang merupakan kombinasi dari keempat pola pembelajaran sebelumnya dalam bentuk sistem.


DAFTAR PUSTAKA

AECT, 1977.  The Definition of   Educational Terminology, Terjemah, Yusufhadi Miarso, dkk, ed. 1 cet-1. Washington D.C
Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, cet-3, Bandung, Sinar Baru Algensindo
Miarso, Yusufhadi, 2007, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, cet-3, Jakarta, Kencana
Mudhofir, 1996. Teknologi Instruksional, Cet-6, Bandung, Remaja Rosda Karya
Nasution, 2008, Teknologi Pendidikan, cet-4, Jakarta, Bumi Aksara
Prawiradilaga, Dewi salma dan Eveline siregar, 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta, kencana
Rohmat, 2000. Teknologi Pembelajaran Suatu Pengantar, Surakarta, STAIN Surakarta
_______, 2010. Terapan Teknologi Instruksional Dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta, Logung Pustaka
Sudjana, nana dan Ahmad Rifai, 2003, Teknologi Pembelajaran, cet-4, Bandung, Sinar Baru Algensindo
Syukur, Fatah, 2005, Teknologi Pendidikan, Semarang, Rasail



Tidak ada komentar: